Malam telah larut saat saya meninggalkan kantor. Telah lewat pukul 11 malam.Pekerjaan yang menumpuk, membuat saya harus pulang selarut ini. Ah, hari yangmenjemukan saat itu. Terlebih, setelah beberapa saat berjalan, warna langittampak memerah. Rintik hujan mulai turun. Lengkap sudah, badan yang lelahditambah dengan “acara” kehujanan.
Setengah berlari saya mencari tempat berlindung. Untunglah, penjual nasi gorengyang mangkal di pojok jalan, mempunyai tenda sederhana. Lumayan, pikir saya.Segera saya berteduh, menjumpai bapak penjual yang sendirian, ditemani rokok danlampu petromak yang masih menyala. Dia menyilahkan saya duduk. “Disini saja dik,daripada kehujanan…,” begitu katanya saat saya meminta ijin berteduh.Benar saja, hujan mulai deras, dan kami makin terlihat dalam kesunyian yangpekat. Karena merasa tak nyaman atas kebaikan bapak penjual dan tendanya, sayaberkata, “tolong bikin mie goreng pak, di makan disini saja. Sang Bapaktersenyum, dan mulai menyiapkan tungku apinya. Dia tampak sibuk. Bumbu danpenggorengan pun telah siap untuk di racik. Tampaklah pertunjukkan sebuahpengalaman yang tak dapat diraih dalam waktu sebentar. Tangannya cekatan sekalimeraih botol kecap dan segenap bumbu.
Segera saja, mie goreng yang mengepul telah terhidang. Keadaan yang semulacanggung mulai hilang. Basa-basi saya bertanya, “Wah hujannya tambah deras nih,orang-orang makin jarang yang keluar ya Pak?” Bapak itu menoleh ke arah saya,dan berkata, “Iya dik, jadi sepi nih dagangan saya..” katanya sambil menghisaprokok dalam-dalam.
“Kalau hujan begini, jadi sedikit yang beli ya Pak?” kata saya, “Wah, rezekinyajadi berkurang dong ya?” Duh. Pertanyaan yang bodoh. Tentu saja, tak banyak yangmembeli kalau hujan begini. Tentu, pertanyaan itu hanya akan membuat Bapak itutambah sedih. Namun, agaknya saya keliru…
“Gusti Allah, ora sare dik, (Allah itu tidak pernah istirahat), begitu katanya.“Rezeki saya ada dimana-mana. Saya malah senang kalau hujan begini. Istri samaanak saya di kampung pasti dapat air buat sawah. Yah, walaupun nggak lebar, tapilumayan lah tanahnya.” Bapak itu melanjutkan, “Anak saya yang disini pasti bisangojek payung kalau besok masih hujan…”
Degh. Dduh, hati saya tergetar. Bapak itu benar, “Gusti Allah ora sare”. AllahMemang Maha Kuasa, yang tak pernah istirahat buat hamba-hamba-Nya. Saya rupanyatelah keliru memaknai hidup. Filsafat hidup yang saya punya, tampak tak adaartinya di depan perkataan sederhana itu. Makna nya terlampau dalam, membuatsaya banyak berpikir dan menyadari kekerdilan saya di hadapan Tuhan.
Saya selalu berpikiran, bahwa hujan adalah bencana, adalah petaka bagi banyakhal. Saya selalu berpendapat, bahwa rezeki itu selalu berupa materi, dan halnyata yang bisa digenggam dan dirasakan. Dan saya juga berpendapat, bahwa saatada ujian yang menimpa, maka itu artinya saya cuma harus bersabar.
Namun saya keliru. Hujan, memang bisa menjadi bencana, namun rintiknya bisamenjadi anugerah bagi setiap petani. Derasnya juga adalah berkah bagisawah-sawah yang perlu diairi. Derai hujan mungkin bisa menjadi petaka, namunderai itu pula yang menjadi harapan bagi sebagian orang yang mengojek payung,atau mendorong mobil yang mogok.
Hmm…saya makin bergegas untuk menyelesaikan mie goreng itu. Beribu pikirantampak seperti lintasan-lintasan cahaya yang bergerak di benak saya. “Ya Allah,Engkau Memang Maha yang Tak Pernah Beristirahat” Untunglah, hujan telah reda,dan sayapun telah selesai makan. Dalam perjalanan pulang, hanya kata itu yangteringat, Gusti Allah Ora Sare….Gusti Allah Ora Sare…
***
Teman, begitulah, saya sering takjub pada hal-hal kecil yang ada di depan saya.Allah memang selalu punya banyak rahasia, dan mengingatkan kita dengan cara yangtak terduga. Selalu saja, Dia memberikan Cinta kepada saya lewat hal-hal yangsederhana. Dan hal-hal itu, kerap membuat saya menjadi semakin banyak belajar.
Termasuk kali ini. Ya, ini adalah hari yang bersejarah buat saya. Saat ini, usiasaya telah bertambah, dan milis ini pun memasuki tahun yang ketiga. Tentu, yatentu, saya merasa bersyukur sekali dengan semua ini. Namun, kadang wujud syukuritu tak tampak kentara dalam runutan hidup yang saya lakoni.
Dulu, saya berharap, bisa melewati tahun ini dengan hal-hal besar, dengansesuatu yang istimewa. Saya sering berharap, saat saya bertambah usia, harus adahal besar yang saya lampaui. Seperti tahun sebelumnya, saya ingin ada hal yangmenakjubkan saya lakukan.
Namun, rupanya tahun ini Allah punya rencana lain buat saya. Dalam setiap doasaya, sering terucap agar saya selalu dapat belajar dan memaknai hikmahkehidupan. Dan kali ini Allah pun tetap memberikan saya yang terbaik. Saya tetapbelajar, dan terus belajar, walaupun bukan dengan hal-hal besar dan istimewa.
Aku berdoa agar diberikan kekuatan…Namun, Allah memberikanku cobaan agar akukuat menghadapinya.
Aku berdoa agar diberikan kebijaksanaan…Namun, Allah memberikanku masalah agaraku mampu memecahkannya.
Aku berdoa agar diberikan kecerdasan…Namun, Allah memberikanku otak danpikiran agar aku dapat belajar dari-Nya.
Aku berdoa agar diberikan keberanian…Namun, Allah memberikanku marabahaya agaraku mampu menghadapinya
Aku berdoa agar diberikan cinta dan kasih sayang…Namun, Allah memberikankuorang-orang yang luka hatinya agar aku dapat berbagi dengannya.
Aku berdoa agar diberikan kebahagiaan…Namun, Allah memberikanku pintukesempatan agar aku dapat memanfaatkannya.